narasikita.info 20 Desember 2023

Ada kalanya hidup begitu penuh tekanan dan absurditas, hingga rasanya yang bisa menyelamatkan bukan motivasi hebat atau ceramah inspiratif, tapi satu hal kecil: chat receh dari teman. Tahun 2023 adalah tahun penuh warna, mulai dari gelombang overthinking, burnout kerja, sampai drama keluarga dan cinta yang menyebalkan. Namun di antara semua itu, satu hal yang ternyata diam-diam menjadi penyangga hidup adalah obrolan iseng yang sepele tapi selalu bikin kita senyum sendiri di tengah hari yang kacau.
Artikel ini adalah surat cinta untuk chat-chat receh, meme absurd yang dikirim tanpa konteks, stiker-stiker tidak penting, dan voice note 3 detik cuma buat bilang “EH GUA LAPAR.” Karena, siapa sangka, ternyata semua itu punya peran besar dalam menjaga kewarasan kita di tahun lalu?
Januari – Maret: Grup WhatsApp yang Tidak Pernah Tidur
Tahun 2023 dibuka dengan semangat baru seperti biasa—resolusi, niat jadi lebih produktif, makan sehat, olahraga, dan bla bla bla. Tapi satu minggu kemudian, kenyataan kembali menampar. Deadline menumpuk, motivasi mulai turun, dan entah kenapa Januari terasa seperti tiga bulan sendiri.
Di sinilah grup WA “Anak Kosan Heboh” berperan besar. Tiap pagi, akan ada yang kirim stiker “bangun woi kerja,” disusul dengan link diskon makanan, lalu voice note setengah ngantuk sambil nyanyi. Obrolan-obrolan itu tidak menyelesaikan masalah dunia, tapi ajaibnya, mereka memberi semacam pelukan hangat yang bilang, “Kamu nggak sendirian, bro.”
Februari, saat hujan tidak kunjung reda dan hati mulai ikut lembab, teman saya mengirim screenshot “kenangan Facebook” tahun 2014. Isinya? Foto kami dengan gaya alay maksimal. Tertawa sampai sakit perut, saya menyadari bahwa kadang kita butuh nostalgia bodoh untuk merasa hidup kembali.
April – Juni: Masa Ketika Voice Note Jadi Terapi Jiwa
Masuk kuartal kedua, hidup makin tidak jelas. Salah satu teman saya di Jakarta curhat tentang pekerjaan yang bikin dia nangis diam-diam di toilet kantor. Kami pun mulai saling kirim voice note—kadang panjang, kadang cuma tawa ngakak, kadang hanya, “Gue cape, titik.”
Di satu malam Mei, saya sendiri sempat merasa hampa luar biasa. Rasanya seperti berjalan tanpa arah, semua narasi, rencana yang saya susun tidak berjalan. Di momen itu, saya mengirim voice note ke sahabat saya jam 01.34 pagi, isinya cuma, “Lu masih bangun gak?” Tanpa menunggu, dia balas: “Gue baru nonton ulang Naruto. Lu kenapa?” Kami ngobrol selama 1 jam. Tidak ada solusi besar, tapi rasanya seperti menarik napas panjang setelah lama tenggelam.
Persahabatan kadang bukan tentang kehadiran fisik. Tapi tentang siapa yang pertama merespons saat kamu tidak tahu harus bicara ke siapa.
Juli – September: Drama, Duka, dan Dukungan Tanpa Kata-Kata Bijak
Ada satu peristiwa penting di Agustus 2023: sahabat dekat saya kehilangan ayahnya. Kami yang selama ini hanya ngobrol soal makanan dan gosip ringan tiba-tiba masuk ke fase serius yang canggung. Saya bingung harus bilang apa. Tapi saya tetap kirim chat: “Gue gak tahu mau ngomong apa. Tapi gue di sini ya.”
Dia balas dengan emoji hati.
Lalu saya kirim meme Spongebob lagi nyapu pantai.
Dia ketawa, dan bilang, “Thanks udah bikin gue ketawa walau sedih.”
Itulah momen ketika saya sadar bahwa bentuk dukungan tidak harus selalu besar dan dramatis. Kadang, satu meme atau stiker lucu bisa lebih bermakna daripada paragraf panjang penuh kata-kata motivasi. Karena yang penting bukan kalimatnya, tapi niat untuk hadir.
Oktober – Desember: Grup yang Tetap Aktif Meski Hidup Terasa Kosong
Menjelang akhir tahun, banyak dari kita mulai refleksi. Tapi juga banyak yang diam-diam lelah. Beberapa teman mulai menghilang dari grup, bukan karena marah, tapi karena sedang lelah hidup. Yang lainnya tetap mengisi ruang dengan hal-hal random: foto kucing lucu, polling aneh (“coba vote, kucing lebih lucu atau bayi?”), sampai kiriman video orang nyanyi fals.
Di tengah-tengah itu, saya sadar bahwa grup ini bukan sekadar tempat curhat. Tapi satu-satunya tempat di mana kita bisa jadi diri sendiri tanpa sensor. Tanpa takut dinilai, tanpa harus terlihat keren atau baik-baik saja. Kita saling jaga satu sama lain lewat keisengan.
Akhir November, saya kirim foto roti gosong hasil eksperimen sarapan. Tiga teman langsung menimpali, “Jangan jadi chef please.” Lalu satu lagi nanya, “Masih bisa diselamatkan pake saus sambal gak tuh?” Kami ketawa ramai. Hari itu saya sedang tidak baik-baik saja. Tapi obrolan konyol itu menyelamatkan mood saya.
Chat Receh, Tapi Nggak Pernah Remeh
Kalau kamu tanya apa yang paling berharga dari tahun 2023, jawabanku bukan pencapaian kerja atau traveling ke mana. Tapi: chat receh dari orang-orang yang peduli.
Karena dalam hidup yang sering terasa berat dan penuh tekanan, chat-chat kecil itulah yang membuat kita merasa tidak sendirian. Mereka tidak selalu datang saat kita minta, tapi selalu hadir di saat yang pas. Kadang kita menganggapnya biasa, tapi justru dari hal biasa itu muncul kekuatan luar biasa.
Penutup: Kita Tidak Harus Hebat Setiap Hari, Tapi Kita Bisa Jadi Teman yang Hadir
Tahun 2023 mungkin tidak sempurna, tapi satu hal yang membuatnya tetap indah adalah kenyataan bahwa kita menjalaninya bersama. Dalam bentuk paling sederhana: melalui chat, stiker, meme, dan voice note.
Jadi, kalau kamu pernah berpikir bahwa kirimanmu tidak penting, ingatlah: bisa jadi itu yang menyelamatkan hari seseorang.
Mari lanjutkan kebiasaan itu di tahun-tahun mendatang. Kirim meme. Kirim “lu lagi ngapain.” Kirim “udah makan belum.” Karena siapa tahu, dari situlah, dunia jadi terasa sedikit lebih ringan untuk ditanggung bersama.