Kita semua punya cerita tentang tahun lalu. Tentang janji-janji yang nggak ditepati, rencana hangout yang selalu jadi “nanti-nanti aja”, dan momen-momen penuh drama yang sekarang malah bikin kita senyum-senyum sendiri. Aneh ya? Tahun lalu mungkin terasa berat, penuh ketidakteraturan, dan terlalu banyak “nanti”, tapi entah kenapa, semuanya tetap terasa… manis.
Jadwal Ngaret, Tapi Hatinya Enggak
“OTW” yang artinya masih pakai handuk. Tapi di balik semua keterlambatan itu, selalu ada semangat untuk tetap datang. Meskipun telat, kita tetap ketemu. Meskipun ngaret, kita tetap tertawa. Tahun lalu mengajarkan kita bahwa hadir itu bukan soal tepat waktu, tapi soal nggak ninggalin.
Tahun itu juga adalah tahun kompromi. “Ngaret dikit ya, macet,” padahal masih nonton video TikTok di kasur. Tapi, kita juga belajar maklum. Karena semua orang sedang sibuk bertahan, dan kita tahu, nggak semua keterlambatan itu disengaja. 
Janji Palsu: Sebuah Budaya yang Dimaklumi
Janji ketemuan weekend ini. Terus batal. Janji mulai hidup sehat. Tapi makan gorengan lagi. Janji move on. Eh, masih stalking juga. Tahun lalu penuh janji—beberapa tercapai, sebagian besar tidak.
Mungkin karena semua orang waktu itu juga bingung. Rencana bisa berubah dalam semalam. Yang penting bukan seberapa konsisten kita menjalani janji, tapi seberapa jujur kita mencoba.
Ketidaksempurnaan yang Menyatukan
Kenapa kenangan tahun lalu begitu kuat? Karena kita nggak sendirian ngerasainnya. Semua orang juga ngaret. Semua orang juga kadang PHP. Kita tidak sempurna, tapi tetap berusaha jadi versi terbaik dari diri sendiri, meski nggak jarang jatuh juga.
Dan di tengah semua itu, ada tawa-tawa kecil di pojokan kafe, ada video call larut malam yang isinya cuma saling mengeluh, ada momen absurd yang sekarang jadi cerita favorit di tongkrongan.
Kenapa Masih Manis?
Karena kenangan itu bukan soal sempurna atau enggak. Tapi soal apa yang kita rasakan saat itu. Tahun lalu mungkin melelahkan, tapi juga penuh warna. Kita banyak belajar, banyak tumbuh, dan yang terpenting: kita tetap bertahan.
Kita menemukan bahwa hidup nggak harus selalu rapi. Kadang justru kekacauan itu yang membentuk narasi hubungan, karakter, bahkan arah hidup kita. Dari ngaret dan janji palsu itu, kita belajar bahwa fleksibilitas adalah bentuk kasih sayang. Bahwa niat baik bisa datang meskipun wujudnya telat.
Refleksi Kecil dari Tahun Besar
Tahun lalu adalah tahun penuh pelajaran. Dari kebiasaan ngaret kita belajar sabar. Dari janji-janji yang meleset, kita belajar realistis. Dan dari semua kekacauan itu, kita belajar bahwa hidup nggak bisa ditebak, tapi bisa dinikmati.
Ada kenangan yang nggak tercatat di jurnal, tapi terekam kuat di hati. Seperti senyum lelah setelah kerja, atau pelukan singkat saat ketemu lagi setelah lama. Hal-hal kecil yang sekarang terasa sangat besar.
Penutup
Kalau kamu membaca ini sambil senyum-senyum sendiri, berarti kamu juga punya cerita dari tahun lalu yang masih hangat di hati. Jadwal ngaret, janji palsu, rencana batal — semua itu adalah bagian dari perjalananmu. Bukan kesalahan, tapi warna.
Dan kalau suatu saat kamu kembali melihat ke belakang, mungkin kamu akan bilang, “Itu memang kacau, tapi aku bersyukur pernah ada di sana.”
Tahun lalu tetap manis, bukan karena semuanya berjalan sempurna, tapi karena kita tetap ada, tetap hidup, dan tetap mencintai hari-hari yang tak selalu mudah.
