Kita hidup di zaman di mana pop culture bukan cuma sekadar hiburan. Tahun-tahun belakangan, terutama di 2023, banyak dari kita yang tidak sadar bahwa kita belajar bertahan hidup—secara emosional—dari video TikTok lucu, lagu-lagu galau, serial fiksi, dan meme yang kelihatannya receh.
Di balik jokes sarkastik, backsound viral, dan outfit drama Korea yang effortless, tersimpan cara-cara halus yang kita gunakan untuk menghindari breakdown. Kita tertawa, menari, atau bahkan nonton ulang serial lama bukan hanya karena kita bosan. Tapi karena itu membantu kita untuk terlihat baik-baik saja, bahkan ketika sebenarnya tidak.
Musik yang Galau Tapi Catchy: Menangis dengan Cara Estetik
Siapa yang nggak pernah tiba-tiba overthinking pas dengerin lagu galau favorit? Tapi bukannya langsung menangis di pojokan, kita malah nyanyi sambil goyang-goyang kecil di kamar. Lirik-lirik seperti “I’m not okay but I smile anyway” jadi relatable tanpa terasa menyedihkan secara total.
Pop culture mengajari kita bahwa tidak apa-apa merasa sedih—asal tetap aesthetic.
Lagu-lagu di Spotify Wrapped kita nggak cuma menggambarkan selera, tapi juga emosi tersembunyi yang nggak bisa kita ungkapkan langsung ke orang lain. Musik jadi tempat paling aman untuk bilang, “Aku capek,” tanpa harus menjelaskannya.
Meme sebagai Mekanisme Bertahan Hidup Kolektif
Meme tentang quarter-life crisis, burnout, sampai depresi fungsional berseliweran tiap hari. Kita ketawa. Kita share. Tapi dalam hati, kita mikir, “Kok ini aku banget ya?”
Di sinilah kekuatan pop culture bekerja: ia menyamarkan kesedihan menjadi tawa.
Meme yang kita bagikan bukan cuma lucu, tapi juga menyelamatkan. Karena ada kenyamanan dalam tahu bahwa kita tidak sendirian. Bahwa banyak orang juga merasa hal yang sama. Dan bahwa semua ini, entah bagaimana, masih bisa ditertawakan.
Serial dan Karakter Favorit Sebagai Refleksi Emosional
Kita nonton ulang drama lama karena tahu bagaimana rasanya. Kita tahu kapan harus siap-siap nangis, kapan bisa tertawa. Dan dalam proses itu, kita secara tidak sadar sedang memproyeksikan emosi kita ke karakter fiksi.
Bayangkan tokoh seperti Fleabag, Rue dari Euphoria, atau bahkan karakter-karakter di Modern Family. Mereka semua punya luka, tapi tetap berjalan. Tetap punya momen lucu, tetap stylish, tetap relatable. Mereka adalah kita, dalam versi yang bisa dijelaskan lewat skenario.
Pop culture membantu kita mengurai perasaan yang sulit diungkapkan. Kadang, lewat karakter narasi fiksi, kita jadi bisa bilang, “Aku seperti dia.” Dan itu melegakan.
Tiktok dan Komedi Sebagai Bentuk “Soft Escape”
Pernah sadar kenapa kita bisa scroll TikTok berjam-jam tanpa sadar waktu? Karena di sana, hidup terlihat lebih ringan. Masalah dibungkus dalam bentuk POV lucu. Drama percintaan disulap jadi sound viral. Dan semua orang terlihat seperti sedang baik-baik saja, meskipun kenyataannya tidak selalu begitu.
Ini bukan berarti kita lari dari kenyataan, tapi kita sedang beristirahat darinya.
Sama seperti orang yang membaca buku untuk melupakan sejenak dunia nyata, kita juga mencari penghiburan—hanya saja lewat video 15 detik.
Fashion & Makeup Sebagai Bentuk Ekspresi, Bukan Sekadar Tren
Tahun lalu, gaya berpakaian ala “sad girl but make it cute” jadi tren. Ada sesuatu yang menyenangkan dalam memilih outfit, berdandan, dan tampil kece meski mood sedang di bawah.
Pop culture memberikan ruang untuk menyembunyikan kesedihan di balik gaya.
Kita bisa tampil keren di story IG, dan itu memberi ilusi bahwa kita kuat. Tapi di balik itu, kita sedang belajar menerima luka sambil tetap menjalani hidup.
Akhir Kata: Kita Tidak Harus Terlihat Sedih untuk Dianggap Berjuang
Pop culture bukan solusi dari semua masalah mental. Tapi ia menawarkan sesuatu yang sederhana dan nyata: validasi tanpa banyak kata.
Ia hadir sebagai teman di tengah malam, tawa di hari yang berat, dan pelarian kecil yang membuat kita bisa bertahan satu hari lagi.
Kita tidak harus menangis di depan umum untuk dianggap sedang terluka.
Dan itu sudah cukup.
Karena dalam dunia yang sibuk menyuruh kita untuk cepat pulih, pop culture membiarkan kita sembuh dengan cara kita sendiri.