
Coba buka TikTok kamu sekarang, dan scroll beberapa video di FYP. Besar kemungkinan kamu akan mendengar lagu-lagu seperti “Beautiful Soul” dari Jesse McCartney, “Say It Right” dari Nelly Furtado, atau “Oops!… I Did It Again” dari Britney Spears mengalun sebagai background sound. Ajaibnya, bukan hanya generasi yang tumbuh besar dengan lagu-lagu itu yang menikmatinya—generasi yang lahir jauh setelahnya pun ikut berjoget dan membuat video kreatif dengan irama yang sama.
Tahun 2023 adalah tahun ketika nostalgia musik tahun 2000-an meledak kembali. Dan penyebab utamanya? Tentu saja, TikTok.
TikTok: Mesin Waktu Digital yang Tak Terduga
TikTok bukan sekadar platform hiburan. Ia adalah mesin waktu yang membawa kembali tren lama dan menjadikannya terasa baru. Saat sebuah lagu lawas digunakan dalam video viral, seolah ada gelombang kecil yang menyebar. Ribuan orang mulai mencari tahu judul lagu, menyimpannya di playlist, lalu menggunakannya kembali untuk konten mereka.
Contohnya, lagu “Unwritten” dari Natasha Bedingfield—dirilis tahun 2004—menjadi soundtrack viral untuk konten “main character moment” di TikTok. Lagu ini tidak hanya digunakan dalam video jalan-jalan atau outfit of the day (OOTD), tapi juga untuk konten lucu, inspiratif, bahkan parodi. Dan dalam sekejap, lagu yang mungkin terakhir kamu dengar di iPod Classic kini kembali muncul di Spotify Wrapped.
Yang menarik adalah TikTok memperkenalkan lagu-lagu itu bukan hanya sebagai musik nostalgia, tapi juga alat ekspresi baru. Lagu lama mendapat makna baru. Suasana baru. Konteks baru. Dan itu yang bikin semuanya jadi seru.
Remaja Gen Z & Alpha: Belajar Sejarah Musik Lewat Algoritma
Dulu, kita mengenal musik dari radio, CD, atau TV musik seperti MTV dan Channel V. Sekarang? Cukup lewat TikTok. Lagu dari dua dekade lalu bisa muncul kembali hanya karena seseorang membuat video lucu dengan potongan chorus-nya.
Yang paling menarik dari fenomena ini adalah generasi muda yang lahir setelah 2010 kini mengenal lagu-lagu yang dirilis sebelum mereka lahir. Mereka mendengarnya bukan karena orang tua mereka, tapi karena algoritma yang mendekatkan konten musik dengan vibe yang cocok untuk konten masa kini.
Bagi sebagian dari kita, lagu-lagu itu membawa memori masa sekolah, sedangkan bagi generasi sekarang, lagu itu adalah “lagu TikTok” yang catchy.
Ironis? Mungkin. Tapi ini menunjukkan bagaimana TikTok menjadi jembatan budaya lintas generasi.
Soundtrack Masa Lalu, Vibe Masa Kini
Alasan kenapa lagu-lagu tahun 2000-an begitu cocok dengan TikTok bukan cuma karena melodinya yang catchy, tapi juga karena liriknya yang dramatis, romantis, dan relatable. Lagu-lagu dari era itu banyak bicara tentang jatuh cinta, galau, pencarian jati diri, dan emosi-emosi besar lainnya—semua tema yang masih sangat relevan hari ini.
Lagu-lagu pop punk seperti “All The Small Things” dari Blink-182 atau “Complicated” dari Avril Lavigne juga kembali populer karena cocok untuk menggambarkan narasi perasaan absurd dan chaos sehari-hari—yang tentu saja sangat pas untuk dijadikan video pendek lucu.
Dan jangan lupakan remix atau versi sped-up lagu yang sekarang jadi identitas khas TikTok. Kombinasi ini membuat musik lama terasa baru lagi—dan mudah viral.
Label Musik dan Artis Lama Ikut Bangkit
Tren ini tidak luput dari perhatian para label musik dan artis era 2000-an. Banyak dari mereka yang secara aktif merilis ulang lagu-lagu lama mereka, bahkan ada yang membuat versi baru khusus untuk TikTok.
Beberapa musisi juga mengakui bahwa lonjakan streaming lagu-lagu lama mereka naik drastis karena TikTok. Ini mendorong mereka untuk membuat konten, ikut tren, dan berinteraksi langsung dengan fans lama maupun baru. Tahun lalu, bahkan beberapa konser reuni terjadi karena adanya lonjakan popularitas dari TikTok.
Tiba-tiba, nostalgia bukan cuma sekadar kenangan, tapi jadi bisnis besar.
Penutup: Lagu Lama, Platform Baru, Cerita Baru
Fenomena kembalinya lagu-lagu tahun 2000-an berkat TikTok menunjukkan satu hal penting: musik tidak pernah benar-benar mati—ia hanya menunggu waktu untuk bersinar kembali dengan bentuk dan audiens yang berbeda.
Berkat TikTok, lagu yang dulu jadi latar patah hati kita di SMA kini menjadi latar video dance atau konten lucu yang viral. Lagu yang dulu hanya kita dengar lewat MP3 bajakan, sekarang masuk ke playlist global.
Dan kita pun ikut bernyanyi lagi—kadang sambil tersenyum, kadang sambil mengenang, tapi selalu dengan rasa hangat.
Jadi, kalau kamu tiba-tiba nyanyi “I’m just a kid and life is a nightmare” tanpa sadar… ya, salahkan TikTok.