Ada satu momen yang terjadi tanpa kita sadari: membuka lemari, melihat isi pakaian, lalu menemukan satu outfit yang… anehnya mirip dengan yang dipakai fashion pop culture karakter drama Korea, seleb TikTok, atau artis favorit yang muncul di red carpet. Kita lalu bertanya, “Lho, kok aku punya ini? Dan kenapa aku pakai juga?”
Selamat datang di dunia fashion yang digerakkan oleh pop culture. Tahun 2023 adalah tahun di mana banyak orang mengenakan sesuatu bukan karena nyaman, bukan juga karena cocok—tapi karena “kayaknya semua orang pakai, jadi lucu aja”.
Mari kita telusuri, bagaimana tren fashion dari budaya populer bisa menyelinap begitu halus ke dalam keseharian kita—dan mengubah cara kita berpakaian, tanpa kita sadari. 
1. Dari Layar ke Lemari: Fashion sebagai Refleksi Tren Populer
Serial Netflix seperti Wednesday, Euphoria, hingga Emily in Paris bukan cuma menyuguhkan cerita dramatis, tapi juga wardrobe yang langsung jadi referensi gaya. Setiap karakter jadi katalog hidup yang memengaruhi banyak orang. Tahun lalu, penjualan fashion pop culture hitam melonjak berkat gaya goth-chic Wednesday Addams. Belum lagi tren clean girl aesthetic dari TikTok, atau gaya retro Y2K yang kembali hadir berkat viralnya video throwback.
Kita tidak hanya menonton cerita mereka. Kita ingin menjadi bagian dari cerita itu. Dan salah satu cara tercepat untuk merasakannya? Meniru gaya mereka. Kita mulai membeli cardigan seperti yang dipakai Lily Collins, makeup minimalis seperti karakter di Extraordinary Attorney Woo, atau bahkan aksesori metal yang muncul di MV K-Pop terbaru.
2. Tren yang Viral, Tapi Tidak Selalu Nyaman
Salah satu hal lucu dari tren fashion yang digerakkan oleh pop culture adalah: kita sering kali mengenakan sesuatu hanya karena sedang in, bukan karena nyaman. Contohnya? Corset di luar kaos, jaket oversized berlapis-lapis di cuaca tropis, hingga celana cargo kebesaran yang entah kenapa kembali jadi ikon fashion.
Akhirnya, kita ikut juga—meski agak geli sendiri. “Kenapa aku pakai ini, ya?” Tapi di balik itu semua, ada rasa senang karena merasa in the loop. Kita bagian dari percakapan global. Kita bisa relate dengan komentar orang lain di TikTok atau Twitter. Itu semua memberi rasa kebersamaan, meski cuma karena fashion pop culture.
3. FOMO dan Algoritma yang Menentukan Gaya
Faktor yang nggak bisa diabaikan adalah kekuatan algoritma. Setiap hari, kita melihat narasi konten outfit ideas, daily look, dan haul Shopee/Zalora dari para content creator. Lama-lama, kita merasa: “Oke, kayaknya aku juga harus punya satu.”
Fear of Missing Out (FOMO) bekerja kuat di sini. Kita nggak mau jadi orang terakhir yang ngerti tren ini. Akhirnya, dari sekadar nonton, kita jadi beli. Dari sekadar scroll, kita jadi belanja.
Yang awalnya hanya ingin tahu, berubah jadi “coba ah”, dan dalam waktu singkat… kita sudah memesan barang serupa. Hanya karena, “kok seru juga ya?”
4. Budaya Referensi dan Dunia yang Semakin Terhubung
Satu hal menarik dari semua ini adalah: kita semakin sadar bahwa fashion hari ini adalah hasil potongan referensi. Satu gaya bisa jadi kombinasi dari video K-Pop, postingan Pinterest, konten TikTok, dan potongan adegan dari film Jepang tahun 90-an. Dunia semakin kecil, dan tren menyebar semakin cepat.
Fashion kini bukan hanya tentang “fashion pop culture”, tapi juga statement sosial. Kita menunjukkan siapa diri kita melalui apa yang kita pakai—dan siapa yang memengaruhi kita. Apakah kamu tim aesthetic K-drama, tim edgy seperti Euphoria, atau justru tim comfy ala minimalist Pinterest girl?
5. Akhir Kata: Gaya yang Bukan Sekadar Ikut-Ikut
Jadi, apakah salah ikut tren yang kita sendiri nggak ngerti awal mulanya dari mana? Nggak juga. Karena fashion, pada akhirnya, adalah bentuk ekspresi. Kalau sebuah tren bisa membuat kita merasa lebih percaya diri, lebih terkoneksi dengan dunia luar, atau sekadar bikin kita merasa “ikut pesta”, maka itu sah-sah saja.
Tapi tetap, jangan lupa untuk menyelipkan bagian diri sendiri di antara tumpukan tren itu. Supaya kita nggak cuma terlihat seperti orang lain, tapi tetap jadi versi terbaik dari diri sendiri—meskipun dengan outfit yang sedang in.
Kalau kamu pernah beli sesuatu cuma karena lagi ramai di TikTok atau Instagram, kamu tidak sendiri. Fashion adalah bagian dari cerita kita di era digital ini. Dan selama kamu senang memakainya, biarlah itu jadi bagian dari healing-mu, ekspresi kreatifmu, atau… sekadar outfit of the day.
Kamu siap untuk tren aneh selanjutnya?
