Tahun 2023 terasa seperti perpaduan aneh antara sinema berkualitas tinggi, meme yang makin absurd, dan tren internet yang tidak masuk akal tapi… kita ikuti juga. Di tengah dunia yang serba cepat dan kadang bikin pusing, kita semua secara kolektif memutuskan: “Ya udahlah, ikut aja. Lucu kok.”
Entah bagaimana, budaya populer jadi alat bertahan hidup yang efektif. Kadang kita tertawa bukan karena lucu, tapi karena lelah. Kadang kita ikut tren bukan karena suka, tapi karena semua orang melakukannya. Tapi justru dari hal-hal itulah—film viral, meme tak masuk akal, dan challenge random—kita menemukan sedikit pelipur lara di tengah hidup yang terlalu nyata.
Film yang Lebih dari Sekadar Hiburan
2023 memberikan kita deretan film yang tidak hanya menghibur, tapi juga menggugah. Mulai dari Everything Everywhere All At Once yang mind-blowing, sampai Barbie yang secara tak terduga memancing diskusi gender dan eksistensi, kita dibombardir oleh sinema yang memaksa kita berpikir… tapi tetap bisa ditonton sambil ngemil keripik.
Tapi bukan hanya film “berat” yang mendapat perhatian. Film seperti The Menu, Talk to Me, atau Past Lives membawa genre yang tidak biasa ke tengah diskusi publik. Di media sosial, potongan adegan berubah jadi bahan meme, potongan dialog jadi tweet viral, dan teori penggemar berkembang jadi utas panjang.
Film kini bukan lagi tontonan pribadi. Ia jadi bahan obrolan, bahan edukasi, dan bahan pelarian dari realita yang kadang terlalu menuntut.
Meme yang Semakin Aneh Tapi Semakin Menghibur
Kalau kamu merasa meme tahun lalu semakin absurd, kamu tidak sendirian. Tahun 2023 adalah puncak dari meme culture yang tidak punya batas logika. Dari “Skibidi Toilet,” “NPC TikTok Live,” hingga “Girl Dinner” dan “Delulu is the Solulu”—semuanya terdengar seperti hasil percakapan orang kurang tidur, tapi entah bagaimana… kita ikuti juga.
Meme kini bukan hanya lelucon, tapi bahasa. Ungkapan seperti “it’s giving…” atau “I fear…” sudah jadi ekspresi sehari-hari. Kita menggunakan meme untuk mengungkapkan perasaan, mengkritik situasi politik, hingga menyampaikan trauma dengan cara yang lebih ringan.
Dan ya, itu valid. Karena kadang, menertawakan kekacauan dunia lewat gambar low-res dan caption ngasal lebih efektif daripada membaca opini panjang.
Tren Aneh yang Viral karena… Ya, Kenapa Nggak?
Tahun lalu juga penuh dengan tren internet yang absurd. Pernah dengar tentang roman empire trend? Tiba-tiba semua cowok bicara soal Julius Caesar. Atau silent walking, yang sebenarnya cuma jalan kaki tanpa musik… tapi jadi “kegiatan healing” di TikTok. Belum lagi tren “unhinged morning routine” dan “beige flag” yang membuat semua orang menertawakan toxic trait-nya sendiri.
Apakah semua itu penting? Mungkin tidak. Tapi apakah menyenangkan? Iya.
Tren-tren ini seperti cara kita saling mengingatkan bahwa hidup ini boleh aneh, dan kita tidak harus waras setiap waktu. Ada semacam kelegaan saat menyadari bahwa kita tidak sendirian dalam keabsurdan itu.
Kenapa Kita Ikut-Ikutan?
Pertanyaannya: kenapa kita ikut semua ini? Jawaban paling sederhana adalah: karena kita butuh rasa terhubung. Di era digital, menjadi bagian dari tren berarti menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar. Bahkan jika hanya lewat like, share, atau comment “LOL,” kita sedang berkata: “Hei, aku juga ngerasain hal yang sama.”
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, budaya pop memberi kita kepastian kecil—bahwa setidaknya, kita tahu punchline dari meme terbaru, atau bisa ikut ngobrol saat orang bahas ending drama yang sedang viral.
Hiburan sebagai Jeda Emosional
Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa semua ini adalah bagian dari mekanisme bertahan. Hidup dewasa, tuntutan pekerjaan, tekanan sosial, dan segala beban yang tidak selalu bisa dibagikan—membuat narasi kita mencari celah untuk bernapas. Dan budaya populer, seaneh dan seabsurd apa pun bentuknya, menawarkan jeda itu.
Nonton film yang relatable, share meme yang lucu banget sampe kamu simpan di galeri, atau ikut tren aneh cuma buat iseng—semuanya punya tempat di ruang mental kita yang penuh. Ia tidak menyelesaikan masalah, tapi membuat kita cukup kuat untuk menghadapi hari berikutnya.
Penutup: Koneksi Tanpa Syarat
Tahun 2023 memperlihatkan bahwa kita tidak butuh hal besar untuk merasa terhubung. Kadang, cukup satu film yang menyentuh, satu meme yang pas banget sama suasana hati, atau tren aneh yang bikin kita ketawa saat scrolling jam 2 pagi.
Mungkin, di situlah kekuatan budaya populer sekarang: ia tidak menawarkan solusi, tapi menawarkan rasa ditemani. Dan di dunia yang kadang terlalu sepi meski ramai, perasaan itu sangat berarti.