
Tahun 2023 mungkin terasa seperti roller coaster yang tak pernah benar-benar berhenti. Di tengah jadwal yang padat, tekanan hidup yang makin berat, dan dunia yang kadang terlalu bising, kita menemukan pelarian dalam bentuk yang paling tidak terduga: episode drama Korea terbaru, series thriller psikologis di Netflix, dan—yang paling memorable—deretan konser yang akhirnya kembali digelar setelah masa pandemi mereda.
Kalau dipikir-pikir, hidup kita tahun lalu benar-benar berjalan dari satu episode ke episode lainnya. Dari satu konser ke konser berikutnya. Seakan-akan, kita memberi jeda pada kehidupan nyata lewat dunia yang diciptakan orang lain—dan dari sana, kita menarik napas panjang dan kembali bertahan.
1. Dunia Fiksi yang Terasa Lebih Relevan
Series dan film bukan cuma sekadar hiburan. Tahun lalu, banyak dari kita benar-benar menggantungkan emosi pada cerita yang kita tonton. Mulai dari “The Glory” yang jadi topik hangat di grup WhatsApp keluarga, hingga “Extraordinary Attorney Woo” yang membuat kita semua ingin punya sahabat seekor paus.
Kita menangis saat karakter favorit kita patah hati, tertawa di momen yang absurd, dan berdiskusi panjang di Twitter atau TikTok soal siapa yang salah di sebuah love triangle. Dunia fiksi menjadi tempat kita belajar empati, healing secara diam-diam, bahkan mendapatkan insight yang tidak kita sadari kita butuhkan.
Itu bukan sekadar tontonan—itu adalah bentuk coping mechanism yang diam-diam menolong kita melewati hari-hari sulit.
2. Kembalinya Panggung Nyata: Konser yang Menyentuh Jiwa
2023 juga menandai tahun di mana konser musik kembali mengguncang dunia. Dari Blackpink yang membakar Jakarta dengan visual dan energi tak tertandingi, Coldplay yang akhirnya menyambangi Indonesia, sampai deretan festival musik lokal yang penuh dengan euforia: kita semua akhirnya bisa kembali merasakan suara gemuruh penonton, nyanyian massal, dan pelukan antar orang asing yang mendadak jadi saudara hanya karena sama-sama tahu lirik lagu.
Banyak yang bilang konser bukan cuma soal musik—tapi tentang emosi. Tentang perasaan berada di ruang yang sama dengan ribuan orang yang merasakan hal yang sama. Tangisan, teriakan, dan senyuman yang tumpah ruah di tengah lampu-lampu panggung. Bagi banyak orang, momen-momen itu adalah highlight tahun lalu.
Dan bahkan jika kamu tak sempat hadir secara langsung, menonton cuplikan konser di TikTok saja sudah cukup membuat hati terasa hangat. Kita hidup lewat layar, dan itu tidak mengurangi makna sedikit pun.
3. Pelarian yang Tidak Sekadar Melarikan Diri
Ada yang bilang, mencari kenyamanan dalam hiburan adalah bentuk penghindaran. Tapi siapa bilang semua pelarian itu buruk?
Terkadang, nonton satu season penuh dalam satu malam, atau menabung selama berbulan-bulan demi nonton konser favorit, adalah bentuk self-reward yang sangat sah. Kita semua berjuang dengan cara masing-masing, dan jika bentuk rehat kita adalah tawa dari variety show atau teriakan di konser rock, maka itu valid.
Tahun lalu mengajarkan kita bahwa bertahan tidak harus selalu serius. Bertahan juga bisa lewat hal-hal kecil yang bikin kita tertawa, merinding, atau bahkan nangis bareng karakter fiksi.
4. Komunitas yang Terbentuk dari Hiburan
Menariknya lagi, dari setiap episode dan konser, terbentuklah komunitas-komunitas kecil. Grup Telegram fanbase, akun TikTok analisa karakter, forum diskusi ending twist, sampai sesama penonton konser yang kemudian janjian ngopi bareng setelah acara.
Tahun lalu membuktikan bahwa hiburan tidak hanya menyentuh individu, tapi juga menyatukan banyak kepala dan hati. Kita tidak sendiri dalam kesukaan kita—dan itu rasanya seperti pelukan.
5. Menjadi Bagian dari Cerita yang Lebih Besar
Episode dan konser hanyalah titik-titik kecil dari rangkaian narasi yang kita jalani. Tapi mereka juga bukti bahwa kita masih mampu merasa. Masih bisa terhubung. Masih bisa tertawa dan menangis. Di dunia yang terasa semakin datar, hiburan seperti ini mengembalikan dimensi emosi yang kadang tumpul.
Tahun lalu mungkin bukan tahun yang mudah, tapi lewat episode dan konser, kita berhasil membuatnya berarti.
Penutup
Itu tandanya kamu tahu bagaimana caranya menjaga kewarasan di tengah kekacauan.
Dan tahun ini? Kita mungkin akan tetap hidup dari episode ke episode. Tapi kita tahu sekarang: itu bukan pelarian. Itu adalah bagian dari cara kita tetap hidup, tetap terhubung, dan tetap jadi manusia.