Kita sering kali berpikir bahwa momen berkesan adalah tentang pencapaian besar: naik jabatan, kelulusan, pindah ke kota baru, atau pertama kali naik pesawat. Tapi kenyataannya, momen yang paling sering kita ceritakan — bahkan bertahun-tahun kemudian — justru adalah momen-momen paling absurd. Yang bikin geleng-geleng kepala, ngakak sampai perut sakit, atau malu setengah mati tapi tetap manis saat diingat.
Tahun lalu penuh dengan absurditas yang… entah bagaimana, justru terasa paling nyata dan membekas. Tapi kenapa ya?
Karena Absurd Itu Otentik
Tahun 2023 lalu, kamu mungkin pernah salah masuk ruang meeting online dan dengan percaya diri menyapa orang-orang yang ternyata bukan tim kamu. Atau kamu pernah curhat panjang lebar ke orang yang ternyata… bukan siapa-siapa (salah kirim voice note, duh). Lucunya, saat itu kamu mungkin panik, malu, dan ingin menghilang dari dunia. Tapi sekarang, cerita itu jadi andalan saat nongkrong. 
Hal-hal absurd seperti ini membekas karena dia otentik. Tidak ada yang direncanakan. Tidak ada skenario. Semua terjadi begitu saja — mentah, jujur, dan tidak dibuat-buat. Dan justru karena itu, terasa manusiawi banget.
Karena Kita Belajar Tertawa dari Kekacauan
Salah satu skill hidup paling underrated adalah kemampuan untuk menertawakan diri sendiri. Tahun lalu melatih kita soal itu.
Kamu mungkin pernah ke kantor tanpa menyadari kalau sepatumu beda kanan kiri. Atau ikut webinar yang kamu pikir internal perusahaan, tapi ternyata terbuka untuk publik — lengkap dengan webcam menyala saat kamu lagi makan mie. Di saat itu, kamu malu, pasti. Tapi, perlahan kamu sadar: “Ya sudahlah. Hidup memang kadang aneh.”
Dan dari situ, kamu mulai bisa tertawa. Kamu mulai belajar kalau tidak semua hal harus sempurna. Kadang, justru kekacauan itu yang menghidupkan hari.
Karena Absurd = Emosional
Momen absurd biasanya terjadi saat kita tidak siap. Dan saat kita tidak siap, perasaan jadi lebih kuat: gugup, panik, heran, atau bahkan marah bercampur tawa. Nah, emosi yang kuat inilah yang bikin otak kita mengingatnya lebih lama.
Sains juga bilang begitu. Ingatan narasi yang terbentuk dari kejadian emosional cenderung tersimpan lebih dalam. Jadi bukan salahmu kalau kamu lebih ingat saat jatuh terpeleset di depan crush daripada nilai A+ di tugas presentasi. Otakmu bekerja seperti manusia juga — senang akan cerita yang absurd dan emosional.
Karena Itu Cerita yang Paling Asik Dibagi
Saat duduk bareng teman atau keluarga, cerita apa yang paling seru untuk diulang? Pasti bukan yang terlalu sempurna. Tapi yang penuh lika-liku, kesalahan, atau kelucuan tak terduga.
Contoh nyata: kamu pernah mencoba masak “easy recipe” dari TikTok dan akhirnya dapur hampir kebakaran. Atau kamu salah mengira ada jam kerja baru, dan jadi satu-satunya orang yang hadir jam 7 pagi… di hari Sabtu. Saat kamu bercerita soal itu, orang lain tertawa, relate, dan merasa lebih dekat. Karena kita semua pernah kacau — dan itu menyatukan.
Karena Absurd Itu Sering Jadi Titik Balik
Kadang, momen yang terlihat konyol atau tidak penting justru membuka jalan ke hal besar. Seperti salah klik masuk grup volunteer, tapi dari situ kamu kenal orang baru dan justru dapat peluang kerja. Atau ikut open mic dadakan karena ditantang teman, dan malah ketagihan public speaking.
Tahun lalu mungkin penuh momen absurd seperti itu. Di saat kamu merasa semuanya berantakan, ternyata itu adalah pintu masuk ke arah baru. Kita sering merasa hidup harus linier — padahal justru dalam belokan tajam dan kejutan itulah cerita terbaik terbentuk.
Jadi… Kenapa Membekas?
Karena absurditas adalah napas dari hidup yang tidak datar. Mereka adalah pengingat bahwa kita bukan robot. Bahwa di tengah target dan to-do list, masih ada ruang untuk salah, tertawa, dan belajar. Momen absurd adalah cara hidup berkata, “Hei, jangan terlalu serius. Nikmati saja roller coaster ini.”
Penutup
Tahun lalu mungkin bukan tahun paling rapi. Tapi justru karena itu, ia begitu penuh warna. Dari lupa mute saat ngomel di Zoom, sampai nyasar ke acara nikahan orang yang bukan kamu kenal, semua itu adalah bumbu-bumbu kecil yang membuat narasi hidupmu kaya rasa.
Dan saat kamu melihat ke belakang, kamu akan sadar: yang membuat kita tertawa, menangis, lalu tertawa lagi — bukan pencapaian sempurna, tapi momen-momen absurd yang tulus dan tidak dibuat-buat.
