narasikita.info 27 November 2023
Tahun lalu, hidup terasa seperti sebuah buku cerita yang penuh plot twist. Ada pertemuan yang datang tanpa aba-aba, mengubah jalan cerita, lalu tiba-tiba menghilang saat kita belum siap menutup babnya. Ada orang-orang yang tidak kita sangka akan hadir begitu dalam, dan juga mereka yang kita pikir akan selalu ada, namun perlahan menjauh tanpa pamit.
Di tahun 2023, saya belajar bahwa tidak semua orang tinggal selamanya, tapi semua orang punya alasan untuk hadir dalam hidup kita. Artikel ini adalah kilasan reflektif tentang mereka—orang-orang yang datang dan pergi, tapi meninggalkan jejak yang tidak bisa dihapus. 
Januari: Awal dari Pertemuan yang Tidak Direncanakan
Awal tahun 2023, saya bertemu seseorang di tempat yang sangat biasa—sebuah acara komunitas kecil di kota. Kami tidak saling mengenal, hanya duduk bersebelahan karena kebetulan tempat duduk lainnya sudah penuh. Tapi dari obrolan sederhana tentang cuaca, kopi, dan pekerjaan, tiba-tiba kami seperti menemukan frekuensi yang sama.
Ternyata, kadang kita tidak butuh alasan besar untuk merasa cocok dengan seseorang. Percakapan yang ringan bisa jadi fondasi koneksi yang dalam. Pertemuan itu tidak terduga, tapi hangat. Sejak saat itu, kami sering bertukar cerita, mendiskusikan film dan mimpi hidup, tertawa lewat chat tengah malam, dan sesekali bertemu hanya untuk duduk diam di kafe.
Saya tidak pernah menyangka orang asing bisa menjadi tempat pulang dalam waktu secepat itu.
Maret – Mei: Tumbuh Bersama Orang-Orang yang Tidak Kita Duga Akan Dekat
Bulan-bulan berikutnya, saya semakin sering dikelilingi oleh orang-orang yang dulunya hanya sekadar “teman kenalan.” Kami mulai saling memberi semangat dalam proyek kecil, saling bantu dalam urusan pribadi, bahkan saling berbagi makanan dan cerita hidup. Tanpa sadar, mereka membentuk lingkaran aman yang saya syukuri setiap hari.
Yang menarik, kedekatan itu tidak selalu berasal dari momen besar. Kadang hanya karena seseorang ingat ulang tahun kita. Atau karena mereka kirim pesan random jam 10 malam, “Kamu kelihatan beda hari ini, gapapa kan?”
Dan ternyata… itu cukup untuk membuat kita merasa dilihat.
Juni – Agustus: Perpisahan yang Tidak Ada Tanggalnya
Sayangnya, tidak semua hubungan berjalan seperti yang kita harapkan.
Di pertengahan tahun, seseorang yang sangat dekat mulai jarang membalas pesan. Dari yang biasanya aktif berbagi cerita setiap hari, berubah menjadi “seen” panjang yang penuh tanda tanya. Saya bingung, tapi mencoba memahami. Mungkin dia sibuk. Mungkin dia sedang ingin sendiri. Tapi ternyata… mungkin dia memang sedang perlahan menjauh.
Dan saat kita akhirnya menyadari itu, rasanya seperti kehilangan tanpa bisa benar-benar menyebutnya kehilangan. Tidak ada pertengkaran. Tidak ada kata perpisahan. Hanya hening yang terus bertambah panjang, hingga akhirnya kita paham: bab itu sudah selesai.
Perpisahan seperti ini justru yang paling menyakitkan. Karena kita tidak tahu kapan tepatnya semuanya berubah. Hanya tahu bahwa pada suatu titik, tidak ada lagi “halo pagi” atau “ceritain dong harimu.”
September – Oktober: Menyadari Bahwa Kehadiran Itu Tidak Pernah Sia-Sia
Setelah melalui banyak pertemuan dan perpisahan, saya mulai belajar satu hal penting: setiap orang datang dengan misinya masing-masing. Ada yang datang hanya untuk mengajari kita satu pelajaran penting, lalu pergi. Ada yang hadir untuk menemani proses tertentu, lalu menghilang begitu misinya selesai.
Dan semua itu… sah-sah saja.
Saya dulu mengira, orang-orang yang pergi adalah kehilangan besar. Tapi ternyata, mereka juga adalah hadiah yang sudah selesai diberikan. Mereka datang di waktu yang tepat, mengubah sudut pandang kita, memberikan kehangatan, lalu kembali ke jalan mereka sendiri.
Tahun lalu, saya bertemu banyak orang yang tidak saya sangka akan berarti. Guru yang tidak saya kenal tapi memberikan nasihat hidup paling membekas. Teman kerja yang hanya bertemu sebulan, tapi meninggalkan semangat yang bertahan hingga sekarang. Atau bahkan pengemudi ojek online yang bercerita tentang hidupnya selama perjalanan singkat, tapi membuat saya berpikir sepanjang hari.
Kita tidak pernah tahu siapa yang akan menjadi bab penting dalam hidup kita. Kadang, tokoh-tokoh terbaik justru muncul tanpa diduga.
November – Desember: Merayakan Orang-Orang Hebat yang Masih Bertahan
Menjelang akhir tahun, saya duduk dan membuka ulang foto-foto lama di galeri. Banyak wajah tersenyum, momen bahagia, video absurd yang direkam di tengah malam. Lalu saya sadar, meskipun beberapa dari mereka tidak lagi hadir di hidup saya sekarang, mereka pernah hadir sepenuh itu.
Dan mereka semua hebat.
Hebat karena pernah ada dan pernah peduli. Hebat karena mau memahami saya dalam versi saya yang paling kacau. Hebat karena pernah percaya pada saya, walau hanya sebentar. Hebat karena meski hanya sejenak, mereka pernah menjadi rumah.
Untuk mereka yang masih bertahan hingga hari ini, saya lebih dari sekadar berterima kasih. Kalian adalah alasan saya tidak menyerah saat ingin mundur. Kalian adalah tawa yang masih saya ingat di hari-hari sepi. Kalian adalah suara yang masih saya cari saat dunia terasa berat.
Dan untuk mereka yang sudah pergi, saya belajar untuk mengikhlaskan. Karena setiap orang punya waktunya sendiri untuk datang dan pergi.
Penutup: Tahun Lalu adalah Buku Cerita Tentang Orang-Orang
2023 bukan hanya tentang apa yang kita capai, tapi juga tentang siapa yang menemani proses itu. Tahun lalu adalah buku cerita, dan setiap orang yang kita temui adalah tokohnya—ada yang jadi tokoh utama, ada yang jadi tokoh pembantu, ada yang cuma cameo, tapi semuanya berperan penting.
Pertemuan tak terduga, perpisahan diam-diam, tawa, air mata, pelukan, bahkan keheningan—semuanya menjalin narasi yang tidak akan kita lupakan.
Jika tahun depan membawa lebih banyak pertemuan dan lebih banyak perpisahan, semoga kita tetap menjadi versi terbaik dari diri kita. Dan semoga kita tetap punya ruang di hati untuk mengenang mereka—orang-orang hebat yang sempat hadir dan membentuk kita.
Karena pada akhirnya, kita semua adalah kisah satu sama lain.
